Persaingan dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) semakin memanas, kali ini melibatkan perusahaan teknologi asal China, DeepSeek, yang dituduh meniru model AI Amerika Serikat melalui teknik yang disebut distilasi. Tuduhan ini mencuat setelah OpenAI, pembuat ChatGPT, menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan pelanggaran tersebut.
Apa Itu Distilasi dalam Dunia AI?
Distilasi AI adalah proses di mana sebuah model kecerdasan buatan baru “belajar” dari model yang sudah lebih canggih dan mapan. Dengan kata lain, sistem baru mengamati dan menyerap cara kerja sistem lama tanpa perlu melalui proses pelatihan dari nol. Ini memungkinkan model baru untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga komputasi, namun tetap mendapatkan hasil yang setara atau bahkan lebih baik.
Meskipun teknik ini umum digunakan dalam pengembangan AI, masalah muncul ketika dilakukan tanpa izin dan melanggar ketentuan layanan dari model-model seperti milik OpenAI.
Tuduhan Serius terhadap DeepSeek
Baru-baru ini, penasihat Gedung Putih menyuarakan kekhawatiran bahwa DeepSeek menggunakan teknik distilasi untuk memanfaatkan hasil kerja keras para pengembang AI di Amerika. Model AI baru milik DeepSeek dikabarkan mampu menyaingi teknologi raksasa seperti OpenAI, namun dengan biaya yang jauh lebih rendah. Hal yang mencurigakan, perusahaan ini bahkan merilis kode sumbernya secara gratis.
Seorang juru bicara OpenAI menyatakan bahwa pihaknya sadar akan adanya kelompok di China yang aktif mencontoh model-model AI AS. OpenAI sedang menyelidiki apakah DeepSeek termasuk dalam kelompok tersebut dan apakah teknik distilasi yang mereka gunakan melanggar etika atau aturan.
Reaksi dari Tokoh-Tokoh Teknologi AS
Naveen Rao, Wakil Presiden AI di perusahaan Databricks, berkomentar bahwa praktik semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Ia mengibaratkannya seperti produsen mobil yang membeli dan mempelajari mesin pesaing mereka. Namun, Rao tetap mengakui bahwa praktik distilasi dapat menimbulkan kontroversi, terutama jika menyangkut pelanggaran lisensi atau hak cipta.
Sementara itu, Howard Lutnick, calon Menteri Perdagangan AS dari Partai Republik, menganggap bahwa DeepSeek telah menyalahgunakan teknologi AI buatan Amerika. Dalam sidang konfirmasinya di Senat, ia menegaskan akan memberlakukan pembatasan ekspor teknologi AI untuk mencegah penyalahgunaan serupa.
Kekhawatiran dari Gedung Putih dan OpenAI
David Sacks, perwakilan Gedung Putih untuk urusan AI dan kripto, turut menyuarakan keresahannya dalam wawancara di Fox News. Ia menyebutkan bahwa praktik distilasi oleh DeepSeek berpotensi mengancam dominasi teknologi AI AS di masa depan.
Sementara itu, OpenAI menyatakan siap untuk bekerja sama dengan pemerintah AS, walaupun belum mengumumkan detail langkah yang akan diambil untuk mencegah penyalahgunaan teknologi mereka.
Mengapa Distilasi Sulit Dihentikan?
Menurut sejumlah ahli, memblokir praktik distilasi sangat sulit. Hal ini karena lalu lintas data yang kecil sulit dilacak, terlebih lagi jika pengguna mengakses data secara diam-diam di balik infrastruktur pribadi mereka.
DeepSeek bahkan membuktikan bahwa dengan kurang dari satu juta sampel data dari model canggih, mereka bisa secara drastis meningkatkan performa model AI kecil. Fenomena ini membuat teknologi distilasi menjadi pisau bermata dua: bermanfaat untuk inovasi, namun juga berisiko digunakan tanpa izin.
Selain itu, banyak model AI populer seperti Llama milik Meta atau model dari startup Prancis Mistral tersedia secara open source dan dapat diunduh bebas. Hal ini memberikan celah bagi pihak-pihak yang ingin melakukan distilasi tanpa pengawasan.
DeepSeek Bungkam atas Tuduhan
Hingga kini, DeepSeek belum memberikan komentar atas tuduhan yang dialamatkan kepada mereka. Sikap diam ini menimbulkan spekulasi lebih lanjut tentang etika dan legalitas dari metode yang digunakan dalam membangun model AI mereka.
Kesimpulan: Haruskah Dunia Khawatir dengan Distilasi AI?
Kasus DeepSeek menunjukkan bahwa teknologi distilasi dalam AI bukan sekadar teknik efisiensi, tetapi juga bisa menjadi senjata dalam persaingan global. Ketika perusahaan teknologi dari negara-negara berbeda berlomba membangun AI terbaik, aturan main yang jelas dan etis menjadi semakin penting.
Amerika Serikat kini dihadapkan pada dilema: bagaimana mempertahankan keunggulan teknologinya sambil tetap menjaga ekosistem AI tetap terbuka dan kolaboratif?
Jawabannya mungkin terletak pada pengawasan yang lebih ketat, kerja sama antarnegara, dan tentu saja, edukasi tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab.