Siapa sangka, pasir yang selama ini hanya dianggap sebagai bahan bangunan biasa, kini jadi sorotan dunia karena potensinya sebagai sumber energi ramah lingkungan. Inilah terobosan terbaru anak bangsa yang patut dibanggakan.
Pasir Biasa? Bukan! Ini Pasir Silika yang Kaya Manfaat
Indonesia tengah mengembangkan teknologi mutakhir untuk mengubah pasir silika menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Bukan sembarang pasir, pasir silika (silicon dioxide/SIO₂) adalah hasil pelapukan batuan beku seperti granit yang kaya akan mineral kuarsa.
Menariknya, Indonesia memiliki cadangan lebih dari 20 miliar ton pasir silika yang tersebar di 23 provinsi, termasuk Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Dengan sifat yang keras dan tahan abrasi, pasir silika selama ini banyak digunakan dalam industri seperti:
- Pembuatan semen
- Porselen dan genteng
- Kosmetik dan obat-obatan
- Pupuk dan deterjen
- Industri kimia lainnya
Bahkan, di sektor teknologi, pasir silika berperan penting sebagai bahan baku kaca, semikonduktor, fiber optik, hingga layar sentuh.
Dari Eksportir Mentah ke Produsen Teknologi
Sayangnya, karena keterbatasan teknologi dalam negeri, Indonesia sempat mengekspor pasir silika dalam bentuk mentah ke berbagai negara, terutama Cina, dan bahkan sempat menjadi eksportir terbesar dunia di tahun 2020. Namun, ekspor bahan mentah ini menuai kritik karena dinilai minim nilai tambah bagi ekonomi nasional.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo pada tahun 2023 mengumumkan larangan ekspor pasir silika, agar pengolahan dapat dilakukan di dalam negeri. Tujuannya jelas: meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja lokal.
Cina Berinvestasi, Indonesia Dapat Nilai Tambah
Langkah ini tak luput dari perhatian dunia. Salah satu perusahaan kaca terbesar dari Cina, Xinyi Glass, merespons kebijakan tersebut dengan melakukan investasi besar-besaran di Indonesia.
Mereka berencana membangun kawasan industri di Rempang, yang akan memanfaatkan cadangan pasir silika dari Bangka Belitung dan Kalimantan Barat untuk memproduksi:
- Kaca mobil
- Kaca elektronik hemat energi
- Botol kaca dan kaca datar (float glass)
- Layar sentuh dan fiber optik
Targetnya? Menjadikan Rempang sebagai produsen kaca terbesar kedua di dunia setelah Cina.
Inovasi Terbaru: Pasir Silika Jadi Hidrogen Hijau
Lebih mengejutkan lagi, kolaborasi antara PT NJL Tech Service Indonesia dan Universitas Padjadjaran (Unpad) berhasil mengembangkan teknologi pengolahan pasir silika menjadi hidrogen hijau, yaitu bahan bakar bersih yang bisa menggantikan bahan bakar fosil.
Proyek ini digawangi oleh tim riset Unpad yang dipimpin oleh Prof. Yeni Wahyuni Hartati, bersama sejumlah ahli seperti Dr. Eng. Uji Pratomo, Dr. Eng. Irwan Kurnia Ari Hardianto, PhD, dan Irham, PhD.
Teknologi Ramah Lingkungan, Solusi Masa Depan
Menurut CEO PT NJL Tech Service Indonesia, Rudiana Supriadi, teknologi ini memungkinkan daur ulang pasir silika secara berkelanjutan tanpa menurunkan kualitas produksi hidrogen. Dalam uji coba, tim Unpad mendemonstrasikan bagaimana hidrogen yang dihasilkan dari silika bisa langsung digunakan untuk menggerakkan generator berbahan bakar hidrogen.
Lebih efisien dibanding metode global yang ada, teknologi ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Ilham Akbar Habibie, putra Presiden RI ke-3, yang menyatakan kekagumannya dalam sebuah lokakarya yang dihadiri berbagai pemangku kepentingan nasional.
Manfaat Ganda untuk Bangsa
Jika teknologi ini mendapat dukungan berupa insentif regulasi, pendanaan, serta kepastian pasar (offtaker), manfaatnya bagi Indonesia bisa sangat besar, di antaranya:
- Mengurangi ketergantungan pada impor BBM
- Mendukung pencapaian target pengurangan emisi karbon nasional
- Menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan
- Menghidupkan ekonomi sirkular
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
- Menjadi pemimpin dalam energi hijau dunia
Kesimpulan
Transformasi pasir silika menjadi bahan bakar hijau bukan hanya pencapaian teknologi, tapi juga bukti bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju dalam hal inovasi energi. Dengan cadangan alam yang melimpah dan SDM unggul, masa depan energi bersih Indonesia kian cerah.
Kini tinggal satu pertanyaan: Apakah kita siap menyambut era energi baru berbasis pasir silika ini?