Langit Memerah, Rudal Menghujani Ukraina: Serangan Udara Terbesar Rusia Pecah di Tengah Malam

Bayangkan malam yang tenang. Lampu-lampu kota mulai padam, anak-anak baru saja tertidur, dan jalanan mulai sepi. Namun, dalam sekejap, semuanya berubah.

Langit Ukraina yang awalnya gelap mendadak berubah merah. Ledakan keras terdengar dari kejauhan, disusul raungan sirene yang memekakkan telinga. Dalam hitungan detik, ketenangan berubah menjadi teror. Serangan udara terbesar sejak invasi Rusia dimulai kembali mengguncang Ukraina.

Serangan Udara Paling Brutal Sejak Awal Perang

Pada Sabtu malam, 24 Mei, Rusia meluncurkan gelombang serangan mematikan ke berbagai kota di Ukraina. Bukan hanya satu atau dua, melainkan lebih dari 360 drone dan hampir 70 rudal dilepaskan secara serentak. Ini bukan lagi serangan biasa, tapi operasi militer besar-besaran yang menargetkan jantung kota.

Akibat serangan ini, 12 orang tewas dan sekitar 60 lainnya mengalami luka-luka. Banyak dari korban adalah warga sipil yang bahkan tak tahu apa yang terjadi hingga semuanya sudah terlambat.

Kota-Kota Ukraina Porak-Poranda

Beberapa kota besar menjadi target utama:

  • Kyiv (Kiev): Ibu kota Ukraina kembali dilanda kepanikan. Jendela-jendela apartemen pecah, puing-puing beterbangan, dan warga berlarian menyelamatkan diri.

  • Kharkiv: Ledakan besar mengguncang tiga distrik sekaligus. Jendela gedung bertingkat hancur, dan warga sipil mengungsi ke tempat yang lebih aman.

  • Mykolaiv dan Ternopil: Kota-kota ini yang berada di selatan dan barat Ukraina juga tak luput dari hantaman. Tangisan, jeritan, dan ketakutan menggema di udara.

Target Serangan: Warga Sipil

Menteri Dalam Negeri Ukraina, Ihor Klymenko, menyebut serangan ini sebagai yang paling brutal sejak awal perang, dengan target yang jelas: warga sipil.

“Rusia hanya ingin menyebarkan teror dan kematian,” ujarnya dengan nada keras, seperti dikutip dari Reuters.

Meski Ukraina berhasil menembak jatuh 266 drone dan 45 rudal, dampak kehancuran tetap luas. Beberapa wilayah bahkan belum bisa dievakuasi karena kekhawatiran akan serangan susulan.

Zelensky Murka: Dunia Terlalu Diam

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, angkat bicara dengan nada penuh kemarahan. Ia mengecam diamnya dunia internasional, khususnya Amerika Serikat.

“Setiap kali dunia bungkam, Rusia semakin brutal. Diam itu berarti memberi ruang pada Putin untuk terus menyerang,” tegas Zelensky lewat Telegram.

Ia menyerukan agar sanksi baru segera dijatuhkan kepada Rusia, dan menuntut tanggapan nyata dari sekutu-sekutu barat.

Donald Trump: “Saya Tidak Suka dengan Apa yang Dilakukan Putin”

Di tengah keheningan Gedung Putih, justru mantan Presiden AS, Donald Trump, yang lebih dulu bersuara. Meski mengaku punya hubungan baik dengan Putin di masa lalu, Trump menegaskan:

“Saya tidak suka dengan apa yang sedang dilakukan Putin. Dia membunuh banyak orang. Ini tidak bisa saya terima.”

Pernyataan ini mengejutkan banyak pihak, menimbulkan pertanyaan apakah ini sinyal perubahan sikap politik Amerika terhadap Rusia, atau hanya manuver menjelang pemilu.

Ironi: Pertukaran Tahanan di Tengah Deru Bom

Di tengah badai ledakan dan rudal, ada satu perkembangan yang ironis. Rusia dan Ukraina ternyata baru saja sepakat melakukan pertukaran tahanan, masing-masing sebanyak 1.000 orang.

Kesepakatan ini seharusnya menjadi langkah kecil menuju de-eskalasi, tapi serangan brutal Rusia justru menunjukkan bahwa perang masih jauh dari akhir.


Penutup: Babak Baru Perang yang Mengerikan

Serangan ini menandai titik balik yang mengkhawatirkan. Jika sebelumnya konflik berlangsung di medan perang dan pinggiran kota, kini teror benar-benar menghantam jantung kehidupan sipil.

Pertanyaannya: apakah dunia akan terus diam? Ataukah ini saatnya untuk benar-benar bertindak?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *