Laporan Microsoft Work Trend Index 2025 Peran AI dalam Mengubah Lanskap Kerja di Indonesia

Microsoft Work Trend Index 2025 baru saja dirilis, memberikan gambaran jelas tentang bagaimana kecerdasan buatan (AI) sedang merevolusi dunia bisnis dan cara kerja masyarakat di Indonesia. Laporan ini menyoroti tren krusial yang perlu diperhatikan oleh para pemimpin dan tenaga kerja.

Prioritas Bisnis di Tengah Gempuran AI

Laporan menunjukkan bahwa 97% pemimpin bisnis di Indonesia sepakat bahwa tahun 2025 adalah momen penting untuk meninjau ulang strategi bisnis dan operasional inti. Peningkatan produktivitas kerja menjadi fokus utama bagi 63% pemimpin bisnis. Namun, ironisnya, 88% tenaga kerja (baik karyawan maupun pemimpin) merasa kekurangan waktu dan energi untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

Agen AI: Solusi untuk Peningkatan Kapasitas Tim

Untuk mengatasi tantangan ini, 95% pemimpin bisnis sangat yakin akan peran agen AI sebagai tim digital pendukung dalam kurun waktu satu hingga dua tahun ke depan. Bahkan, lebih dari separuhnya, yaitu 52%, menjadikan penambahan kapasitas tim dengan tenaga kerja digital sebagai prioritas utama, disusul dengan peningkatan kapasitas melalui upskilling.

Evolusi Peran dan Keterampilan di Era AI

Dalam lima tahun mendatang, pemimpin bisnis memprediksi perubahan signifikan dalam tugas-tugas tim mereka:

  • 48% berharap AI akan merancang ulang proses kerja.
  • 63% berencana membangun multi-agent systems.
  • 69% akan fokus pada pelatihan AI.
  • 58% akan mengelola agen AI secara langsung.

Seiring dengan pergeseran ini, 65% manajer di Indonesia memperkirakan bahwa pelatihan dan upskilling AI akan menjadi komponen penting bagi tim mereka di masa depan.

Menjembatani Kesenjangan Pemahaman AI

Meskipun 87% pemimpin bisnis sudah memahami konsep agen AI, hanya 56% karyawan yang memiliki tingkat pemahaman serupa. Dharma Simorangkir, President Director of Microsoft Indonesia, menekankan pentingnya mengatasi kesenjangan ini.

“Kesenjangan pemahaman terhadap AI antara pemimpin dan karyawan bukan sekadar angka—ini adalah panggilan bagi kita untuk bertindak,” ujar Dharma.

Untuk memastikan adopsi AI yang inklusif dan berkelanjutan bagi ketenagakerjaan, investasi dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci.

“Inilah saatnya kita berinvestasi untuk manusia, mengembangkan keterampilan baru, dan membangun budaya kerja di mana setiap orang siap menjadi agent boss,” tambah Dharma.